Sejarah

STT Satyabhakti Malang

stt satyabhakti malang

Sejarah penting STT Satyabhakti

dimulai dengan “a simple beginning.”  Bermula dari dua orang wanita misionaris dari Assemblies of God Amerika Serikat, Sister Marcella A. Dorff dan Sister Margareth Brown, sebuah Sekolah Alkitab dibuka di Jalan Kasin Kulon no. 4 Malang dengan nama Sekolah Alkitab Sidang Djemaat Allah pada tahun 1955.  Sekolah Alkitab ini menjalankan program pendidikan berjangka tiga tahun.  Angkatan pertamanya terdiri dari tujuh orang siswa.

Pada tahun 1961, beberapa siswa dari Jakarta Bible Institute (sebuah Sekolah Alkitab dari Gereja Sidang-sidang Jemaat Allah di Indonesia yang bertempat di Jakarta) menggabungkan diri dengan Sekolah Alkitab yang ada di Malang ini, karena Jakarta Bible Institute tidak dilanjutkan lagi.  Kemudian pada tahun 1962, disebabkan oleh penarikan rumah kontrakan di Jalan Kasin Kulon no. 4 Malang itu, maka Sekolah Alkitab ini dipindahkan ke kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Taman Siswa no. 75 Yogyakarta.

Kebutuhan akan lokasi yang lebih luas pun muncul, sehingga mulailah dicari lahan yang lebih luas.  Pada tanggal 26 Agustus 1964, lahan persawahan yang luas di Jalan Raya Karanglo Malang pun terbeli untuk lokasi Sekolah Alkitab ini.  Setelah pembangunan diselesaikan, tanggal 4 September 1967, Sekolah Alkitab ini ditahbiskan oleh Pdt. Soemardi Stefanus, Ketua Umum GSJA di Indonesia pada waktu itu dengan nama “Sekolah Theologia Gereja Sidang-sidang Jemaat Allah” (ST-GSJA).  Rev. Foster Wood menjadi Direktur Sekolah, sebab Sister Dorff harus pergi ke Amerika.

Pada tahun 1969-1974, ST-GSJA dipimpin oleh dua orang berkebangsaan Amerika lainnya, yaitu Rev. Ralph Morris Devin dan Rev. Leonard E. Lanphear.  Namun seiring dengan kebijakan Pemerintah R.I. agar organisasi di Indonesia dipimpin oleh orang Indonesia sendiri, maka pimpinan GSJA mengangkat Pdt. Piet Hein Mailangkay menjadi Rektor sekolah ini.  Pada tahun 1975, nama sekolah diganti menjadi Pusat Pendidikan Teologi Jawa (PPTJ) dengan maksud agar sekolah ini dapat menyiapkan calon-calon Pendeta yang akan melayani terutama di pulau Jawa.  Selanjutnya, pada tahun 1982 diganti dengan nama Seminari Alkitab Trinitas Indonesia (disingkat: SATI).  Dalam masa kepemimpinan Pdt. Mailangkay, program pendidikan mengalami perkembangan, yaitu: ada jalur non-gelar Diploma Teologi (D3) dan jalur gelar Sarjana Muda Teologi (Sm.Th.).

Sejak tahun 1985-2004, kepemimpinan sekolah dijabat oleh Pdt. Menasse Rumkeny.  Tahun 1993, atas kebijakan pemerintah nama sekolah diganti menjadi Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti (disingkat: STT SATI).  Jalur gelar Sarjana Muda Teologi diganti menjadi Sarjana Teologi S1 (S.Th.).

Pada tahun 2000, STT SATI menjadi tuan rumah untuk program ekstensi Pasca Sarjana S2 dari Asia Pacific Theological Seminary (APTS), Baguio City, Philippines.  Hal ini bertujuan agar STT SATI turut serta dalam meningkatkan jenjang gelar para dosen Sekolah-Sekolah Tinggi Teologi di Indonesia dan para gembala jemaat perkotaan.

Sementara itu, STT SATI mulai melihat ada banyak jemaat yang terpanggil untuk melayani Tuhan di gereja atau lembaga pelayanan Kristiani, namun tidak dapat meninggalkan pelayanan atau pekerjaannya untuk studi purna waktu di dalam sebuah kampus.  Setelah mellihat hal ini, STT SATI mulai membuka Program Pendidikan Jarak Jauh (PPJJ) dengan sistem korespondensi (universitas terbuka).  STT SATI diberi hak (license) oleh Global University, USA (suatu lembaga pendidikan teologi koresponden yang diakui dalam skala internasional) untuk memakai kurikulum dan bahan-bahan perkuliahannya untuk PPJJ-STT SATI ini. Dengan kata lain, PPJJ-STT SATI adalah Global University di Indonesia.

Tahun 2004, Pdt. Gatut Budijono mulai menjabat sebagai Ketua Sekolah.  Selain mengembangkan terus program-program studi D3, S1, dan S2 mandiri dengan gelar Master of Arts in Pentecostal Leadership and Ministries, Pdt. Gatut Budiyono juga mulai mengembangkan training-training khusus dan praktis bagi pelayan-pelayan Tuhan di seluruh Indonesia.  Training-training khusus tersebut antara lain adalah: Institute of Islamic Studies (IIS), Youth Enrichment Studies (YES), dan Kids Development Studies (KIDS).  Disamping training-training tersebut, bahkan ada juga Program Pelatihan Pelayanan Misi (P3M) dan Program Pendidikan Ekstensi (P2E) di beberapa kota di tanah air Indonesia maupun manca negara demi menjawab kebutuhan akan pelayan-pelayan Tuhan yang siap pakai di lokasinya masing-masing.

Dengan pertolongan Tuhan, pada awal tahun 2013 STT SATI mendapatkan Izin Penyelenggaraan dari Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama R.I. untuk Program Stratum Dua (S2), yaitu: Magister Teologi (M.Th.) jurusan Teologi dan Magister Artium (M.A.) jurusan Kepemimpinan Pentakosta.

Mulai dari tahun-tahun awal berdirinya, para calon mahasiswa STT SATI berasal dari denominasi GSJA dan lebih dari 30 denominasi gereja lain serta lembaga-lembaga pelayanan Kristen yang ada di Indonesia, Singapura, Malaysia, Timor Leste, dan Hongkong.  Sampai sekarang, alumni STT SATI yang berjumlah 1.689 lulusan sedang aktif melayani dalam berbagai bentuk pelayanan Kristen dan berbagai kapasitas kepemimpinan di berbagai organisasi gereja dan lembaga-lembaga pelayanan Kristen, baik yang tersebar di seluruh Nusantara maupun yang ada di manca negara.

Demikianlah STT SATI terus berkomitmen untuk menggapai kualitas terbaik dalam mendidik hamba-hamba Tuhan dan berusaha untuk terus menjadi kontekstual dalam menjawab kebutuhan pelayanan yang ada (“Committed to Excellence and Relevance”) demi menunaikan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus di muka bumi.